Breaking News
Loading...
Saturday, July 5, 2014

Info Post
Pentingnya Umat Islam Belajar Sains
Pada zaman keemasan, umat Islam hampir 7 abad menjadi superpower dala segala bidang termasuk dalam ilmu pengetahuan. Karena dalam Islam ketika mengamalkan dengan benar maka diperlukan pengetahuan, misalnya dalam menentukan waktu salat dan puasa kita dituntut mengetahui peredaran bulan.

Bagaimana pun dalam ibadah yang kita lakukan baik salat ataupun puasa ternyata kita harus mempelajari tanda-tanda alam. Oleh karena itu Islam menganjurkan kita untuk memperhatikan dan mempelajari tanda-tanda alam seperti perputaran matahari, perputaran bulan, orbit matahari, orbit bulan, dan lain-lain. Menurut Prof. Agus Purwanto, penulis “Ayat-ayat Semesta” beliau mengatakan bahwa ada sekitar 800 ayat dalam Al Quran yang berkaitan dengan alam semester.

Ayat-ayat tentang alam semesta yaitu ayat-ayat yang menggambarkan bumi langit beserta isinya. Sedangkan ayat-ayat tentang salat dan puasa hanya beberapa. Alam semesta dalam hal ini kita belajar Sains secara luas, alam semesta dan isinya, termasuk juga manusia baik dari sisi penciptaannya maupun dari sisi sosiologinya. Salah satu mengapa Islam mewajibkan belajar alam semesta karena dalam penciptaannya meliputi penciptaan langit dan bumi, silih bergantian malam dan siang, bahkan penciptaan manusia itu sendiri merupakan tanda-tanda bagi orang yang berfikir. Orang orang yang berpikir, berarti dia harus menggunakan akalnya.


Ada 5 aspek dari manusia yaitu: akal, ruh (QS 17:85), qolbu, nafsu, jasad (QS 38:71, 25:54). Jasad ini terkait dengan penciptaan manusia yang berasal dari tanah atau air mani. Dalam Islam kita harus memenuhi atau memberikan makanan kelima unsur tersebut. Nafsu ada nafsu yang baik (mutmainnah) atau nafsu yang tidak baik (madzmumah). Akal harus kita penuhi dengan ilmu, ruh harus diisi dengan mempelajari ayat-ayat Al Quran yang berkenaan dengan ketenangan jiwa. Jasad seperti kita ketahui harus dipenuhi kebutuhan nutrisi dengan makanan yang sehat dan halal. Ruh juga berkaitan dengan aspek sosial di mana manusia tidak bisa hidup sendiri tetapi membutuhkan kehadiran orang lain baik dalam keluarga (suami-istri) maupun dalam masyarakat.

Sehubungan dengan pemenuhan akal dengan ilmu, Allah Swt berfirman dalam QS Ali Imran: 190-191.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (ulil albab), [yaitu] orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi [seraya berkata]: "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.”

Dalam ayat 190 yang dimaksud ulil albab tidak sekedar orang yang berakal tetapi adalah orang-orang yang mempunyai daya analisis yang tajam. Agar supaya kita mempunyai hasil analisis yang tajam maka sebagaimana dijelaskan dalam ayat 191 kita dituntut untuk mengingat Allah baik sambil berdiri, duduk atau dalam berbaring. Berdiri, duduk dan berbaring merefleksikan seluruh kegiatan kita sehari-hari. Kegiatan berdiri dapat berupa berdiri sambil berjalan atau berdiri diam. Duduk misalnya ketika kita sedang belajar dengan serius.

Bagi pembicara yang bergulat dalam fisika teori (fisika matematika), duduk yang dilakukan adalah duduk untuk menghitung. Bagi yang bergulat dalam ekperimen aktifitasnya bisa meliputi berdiri atau duduk. Duduk juga berarti pada saat kita sedang makan. Berbaring ketika kita sedang tidur, meskipun pada umumnya tidur tidak untuk berpikir namun bagi para peneliti (mahasiswa PhD) yang sedang menyelesaikan problem-problem dalam penelitiannya (lab), terkadang masalah tesebut terbawa dalam mimpi. Di semua kegiatan dalam hidup kita itu, kita memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi, atau apa yang terjadi di alam. Dan hal itu diperintahkan oleh Allah Swt.


Menurut pembicara, umat Islam itu wajib mempelajari mekanika kuantum, teori relativitas baik umum maupun khusus, dan ilmu yang berkaitan dengan penciptaan langit dan bumi. Sehingga segala aspek hidup kita baik berdiri, duduk dan berbaring benar2 akan seperti ini.


Dalam ayat 191 yang menjadi ciri keimanan seorang ilmuwan adalah ketika dia berdoa

“Rabbana maa kholaqta hadza baatila yang artinya, "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia”


Kita harus terus belajar, jangan sampai ilmu yang tidak disertai dengan mengingat Allah Swt menjadikan manusia sombong. Kesombongan ibarat dalam grafis matematika sebagai maksimum global yang tidak ada lagi maksimum selain titik itu, sehingga setelah itu yang ada adalah jatuh karena labil.

Bagaimana Islam menghargai kita untuk belajar. Dalam Al Quran 2:23-24. Allah Swt berfirman:

“Dan jika kamu [tetap] dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami [Muhammad], buatlah [6] satu surat [saja] yang semisal Al Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (23) Maka jika kamu tidak dapat membuat [nya] dan pasti kamu tidak akan dapat membuat [nya], peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. (24)”. 


http://ramadan.detik.com/read/2014/07/02/141928/2625651/626/3/islam-wajibkan-umatnya-belajar-sains 

0 comments:

Post a Comment

Vlog @TifaniHayyu