Perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah muncul sejak manusia lahir, hal ini
dikarenakan manusia diberi akal dan kemampuan berfikir dari Allah SWT.
Teknologi dan Ilmu Pengetahuan dapat dibilang sebagai alat pembentuk budaya
dalam kehidupan khalayak ramai karena peranan penting yang dimiliki oleh
keduanya.
Dalam paradigma islam, adanya
pemahaman bahwa perkembangan IPTEK berkaitan dengan ajaran-ajaran agama Islam.
Paradigma Islam inilah yang mencetak para cendikiawan yang unggul dalam bidang
IPTEK dan soleh sehingga menciptakan kejayaan Islam pada tahun 700 M -1400 M.
Pada masa-masa itu, muncul tokoh-tokoh yang sangat terkenal dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, seperti Ibnu Sina di bidang kedokteran, Al Khawarzmi
di bidang matematika, Jabir bin Hayyan di bidang Kimia, Al-Battani di bidang
astronomi, dan banyak tokoh lainnya.
Konsep
umum dari munculnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi awal mulanya adalah untuk
memudahkan kehidupan manusia dan untuk menjelaskan fenonema alam yang tadinya
tidak dapat dijelaskan sehingga manusia memiliki tingkat pemahaman yang lebih
maju sekaligus komplek mengenai alam semesta. Arah Pengembangan Teknologi
untuk memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan di dunia sebagai jembatan untuk
mencari keridhaan Allah sehingga terwujud kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Peran Islam dalam perkembangan IPTEK
adalah menjadikan paradigma Islam sebagai pandangan utama dan menjadikan
syariah Islam sebagai dasar dalam penerapan dan pemanfaatan konsep IPTEK.
Implementasi
dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berada di tangan manusia dan mampu memiliki
dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia juga sebaliknya
dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan
manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta.
Dalam
Islam pun diajarkan untuk menuntut ilmu yang mengindikasikan bahwa selama ilmu
tersebut bermanfaat bagi umatnya(dalam konteks positif) maka diwajibkan bagi
umatnya untuk mempelajarinya, hal ini juga sebagai wujud syukur akan Allah atas
kemampuan akal dan kemampuan berfikir yang diberikan.
Pengetahuan dalam pandangan Islam,
baik yang diperoleh dengan ilmu pengetahuan maupun yang berasal dari wahyu
Illahi melalui agama, keduanya berasal dan bersumber dari Allah s.w.t.,
pengetahuan apapun yang dimiliki manusia, semua bersal dari karunia Allah
s.w.t. hal ini bisa dipahami dari ayat al-Quran yang menjelaskan firman Allah,
ketika Allah s.w.t. mengajarkan kepada Adam berbagai macam ilmu pengetahuan
dialam semesta (QS. Al-Baqarah, 2:31)
zN¯=tæur tPy#uä uä!$oÿôF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ
31. Dan Dia
mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang
benar!"
Apabila IPTEK bersumber yang
satu yakni Allah s.w.t. tentunya tidak ada pertentangan-pertentangan dan
perbedaan-perbedaan, keduanya bersifat komplementeri (saling melengkapi) dan
tidak perlu dipertenangkan.
Selain
itu, Agama Islam juga mewajibkan bagi umatnya untuk mengamalkan ilmu yang
mereka peroleh untuk kebaikan di dunia, yang diimplementasikan dalam bentuk
teknologi serta pengajaran akan ilmu tersebut. Agama Islam sebagai agama yang
sejalan atas wahyu dan akalnya dapat dibuktikan dalam ayat dan tafsir berikut
ini:
o
Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk memikirkan
alam semesta (QS 3/190-192)
o
Akal dan pikiran merupakan kelebihan
dan keistimewaan yang diberikan oleh Allah kepada manusia sebagai bekal untuk
hidup di dunia agar manusia dapat memahami dan menyelidiki elemen-elemen yang
terdapat di alam serta memanfaatkannya untuk kesejahteraan mereka (Q.S. Al Isra
70).
o
Manusia
juga diciptakan oleh Allah sebagai khalifah di muka Bumi dengan kedudukan yang
lebih tinggi dibandingkan makhluk ciptaan Allah lainnya di alam ini (Q.S. Ar
Ra’du 2). Alam dengan segala manfaat yang dapat diperoleh darinya harus tunduk
dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawah manusia. Manusia
jangan sampai “ditundukkan” oleh alam melalui nilai-nilai materialistik dan keserakahan
karena sesungguhnya hal tersebut melanggar kodrat manusia yang diberikan oleh
Allah.
Pemanfaatan
konsep IPTEK akan menjadi lebih berkah dan bermanfaat dengan didasari dengan
keimanan dan ketakwaan.
Terhambatnya kemajuan umat Islam di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini disebabkan umat Islam tidak memahami
konsep dan mengoptimalkan fungsinya sebagai khalifah di Bumi.
Seiring
denga berkembangnya ilmu pengetahuan yang telah diturunkan Allah s.w.t. dari
masa nabi Adam hingga sekarang, sudah banyak sekali ilmu pengetahuan yang dapat
kita peroleh. Dan denga ilmu pengetahuan tersebut harusnya kita dapat
mengetahui mana yang benar dan mana yang buruk, serta mana hal yang harus kita
lakukan dan mana hal yang harus kita hindarkan.
Referensi
1.
http://alshafa.wordpress.com/2011/06/16/konsep-pengembangan-iptek-dalam-islam-2/
2.
http://mhdimran.blogspot.com/2012/11/islam-dan-perkembangan-iptek-artikel.html
3.
DR. KH. Zakky Mubarak, MA. Menjadi
Cendikiawan Muslim, Kuliah Islam di Perguruan Tinggi Umum: Yayasan Ukhuah Insaniyah.
0 comments:
Post a Comment